Revolusi ternyata ga hanya hangat di Timur Tengah. Revolusi juga menjalar sampai ke Indonesia. Bukan, saya bukan sedang membicarakan SBY yang lagi panik dengan usulan hak angket pajak, atau lagi bingung karena dibilang bohong terus oleh media. Ini bukan tentang SBY, tapi tentang Nurdin. Iya, Nurdin lagi nurdin lagi. Si Ketua PSSI yang arogan itu.
Tadi barusan nonton di TV, kantor PSSI di senayan sudah dikuasai para supporter Jawa Timur dan Jak Mania ibukota. Mereka berdemo demi menurunkan Nurdin yang dengan 'tidak tahu malunya' mencalonkan diri lagi menjadi ketua PSSI untuk ketiga kalinya berturut-turut.
Semua supporter berteriak membentuk koor, "Nurdin turun! Nurdin turun!"
Demo tidak hanya terjadi di ibukota saja, kebencian itu menyebar layaknya virus, di Jogja, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jogja, ada penerbit yang memanfaatkan semangat kebencian menjadi ladang uang dengan menjual buku DOSA-DOSA NURDIN. Juga ketua pengurus daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang mengancam akan membentuk PSSI tandingan kalau Nurdin mencetak hattrick sebagai ketua PSSI. Belum lagi kecaman di media elektronik, media cetak dan media sosial.
Nurdin hebat!.
Hebat karena dia itu buta mata, hati dan telinga. Ketika gelombang kebencian sebegitu besar tertuju kepadanya. Dia tetap cuek. Pesaingnya dia coret dari percaturan calon ketua PSSI dengan cara (curang) yang elegan, dengan mendiskualifikasikannya pada proses verifikasi.
Ckckckc…. Nurdin…nurdin….!
Nurdin bikin ibu-ibu mengurut dada. Tidak tahu mesti resah atau malahan bangga.
Bangga?
Tidak, saya tidak salah tulis kok. Kita patut bangga dengan Nurdin. Mubarak saja turun setelah demo besar-besaran hanya dalam tempo kurang lebih satu bulan. Sementara Nurdin? Mungkin hanya kematian yang bisa membuatnya turun.
Tapi Nurdin memang sudah mati, kok?
Tidak, sumpah, saya tidak salah tulis lagi. Nurdin memang sudah mati. Mati penglihatannya, mati pendengarannya, mati hatinya. Dia tidak melihat, mendengar dan merasa gelombang kebencian yang begitu besar kepadanya.
Pernah ada pepatah (kalau tidak salah karya Lao Tse, filsuf kuno cina yang terkenal itu) yang bunyinya begini: mintalah kepada Tuhan kekuatan agar mampu menyelesaikan masalah yang ada di hadapan kita; mintalah keikhlasan untuk segala sesuatu yang tidak akan mampu kita selesaikan; dan mintalah kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.
Orang mati kok malah di nasehatin?
Ga ada gunanya lagi, toh!
Mari berdoa Innalillahi wa innailaihi rajiun untuk almarhum hati nurani Nurdin Halid…. Amin...